LOADING

Type to search

A Muse (2012): Proses Kreatif dan Antusiasme Percintaan Yang “Menyimpang”

“A Muse” adalah film Korea Selatan yang diadaptasi dari novel “Eun-gyo” karya Park Bum-shin. Film ini mengisahkan tentang seorang penulis yang berusia 70 tahun bernama Lee Jeok-yo (diperankan oleh Park Hae-il) yang jatuh cinta pada seorang gadis muda bernama Eun-gyo (diperankan oleh Kim Go-eun).

Film ini menunjukkan bahwa cinta yang “menyimpang” dapat menjadi sumber inspirasi yang besar. Ketika Lee Jeok-yo menemukan Eun-gyo, ia merasakan kembali gairah dan semangat yang telah lama hilang dari karyanya. Ia juga belajar banyak dari gadis muda tersebut, seperti menghargai keindahan alam dan menghargai kehidupan.

Lee Jeok-yo adalah seorang penulis yang telah mencapai puncak karirnya tetapi merasa kehilangan semangat dan inspirasi dalam menulis. Beruntung ia bertemu Eun-gyo. Dalam hubungan itu, proses kreatifnya dalam menulis sangat menarik dan kompleks. Kita dapat melihat beberapa tahapan dalam proses kreatif Lee Jeok-yo, yaitu:

  1. Observasi dan penelitian: Sebagai penulis, Lee Jeok-yo selalu melakukan observasi dan penelitian yang teliti tentang subjek yang akan ditulis. Dalam film ini, ia mengunjungi lokasi tempat tinggal Eun-gyo dan melakukan pengamatan yang seksama tentang kehidupannya.
  2. Inspirasi: Lee Jeok-yo menemukan inspirasi dalam kehidupan Eun-gyo dan keindahan alam sekitar tempat tinggalnya. Ia tertarik pada kepribadian Eun-gyo yang polos dan keindahan alam sekitarnya yang menjadi objek favorit untuk digambarkan dalam karyanya.
  3. Menulis: Setelah menemukan inspirasi, Lee Jeok-yo mulai menulis dengan tekun. Ia menghabiskan banyak waktu untuk menulis dan mengedit naskahnya. Ia sangat teliti dan memperhatikan setiap detail dalam karyanya.
  4. Penyelesaian: Setelah menyelesaikan naskahnya, Lee Jeok-yo seringkali memperbaiki dan mengedit ulang naskah tersebut. Ia sangat memperhatikan setiap kata dan kalimat dalam karyanya.

Dalam film ini, Lee Jeok-yo akhirnya menulis sebuah karya masterpiece dengan berjudul “Eun-gyo”. Karya ini menjadi sangat kontroversial karena isinya yang dianggap mengandung unsur pedofil. Meskipun demikian, karya ini dianggap sebagai karya masterpiece yang sangat berharga bagi dunia sastra dan seni Korea Selatan.

Secara keseluruhan, film ini memberikan gambaran yang sangat realistis tentang dunia penulisan. Karakter Lee Jeok-yo mewakili banyak penulis terkenal yang memasuki masa senja dalam kariernya. Meskipun telah mencapai puncak kesuksesan dan pengakuan, ia masih terus mencari sumber inspirasi baru dan menemukan hal itu dalam sosok Eun-gyo. Namun, kecintaannya pada gadis muda tersebut berujung pada kesulitan moral dan emosional karena perbedaan usia dan kedewasaan antara keduanya.

Film ini juga menunjukkan bahwa dunia penulisan dapat menjadi lingkungan yang sangat kompetitif dan kasar. Ada banyak orang yang berusaha untuk menyalahkan Lee Jeok-yo karena menulis buku dengan tema pedofil dan memanfaatkan Eun-gyo sebagai sumber inspirasi. Selain itu, ada juga penggemar yang terlalu terobsesi dengan karya-karyanya dan memperlakukan Lee Jeok-yo dengan sangat kasar.

Film ini menunjukkan bahwa inspirasi dapat ditemukan di momen yang tidak terduga dan komplekas.

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

AVANT PROPOSE


Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...

Klik Di sini

 

This will close in 0 seconds