Oleh Rudi Anggoro
Saya baru mulai membaca buku dari pengarang “gila”, Shiny Ane El’poesya. Memang sudah selayaknya penyair² yang inginmeningkatkan level kegilaannya dari banyak membaca buku. Tidak hanya ilmu sastra yang hanya berkutat pada kawasan estetika. Keilmuan filsafat dan psikologi dari era awal sampai modern juga perlu dimamah biak.
Oleh Cuk Ardi
Membaca buku ” Orang Gila, Kebijaksanaan & Tuhan.” Seakan membaca kembali buku-buku lampau dari filsuf-filsuf timur tengah.
Oleh Imenk K.
Disuruh review buku ini sama coach Shiny Ane El’poesya. Bingung juga harus dimulai dari mana. Hihi
Oke, aku mulai dari rasa tertarik. Kenapa aku tertarik dengan buku ini? Karena judulnya itu, loh, bikin kepo. Masa ada Orang Gila, Kebijaksanaan, dan Tuhan? Apa hubungannya?
Orang gila, tentu saja dianggap tidak bijak. Apalagi sampe mengenal Tuhan, kan? Karena orang gila identik dengan pemikiran yang tidak stabil. Makanya, penasaran banget dengan bahasan yang ada di dalamnya.
Buku ini dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, sodoran bahan atau penulis mencoba mengajukan sebuah topik untuk didiskusikan atau diteliti lebih lanjut. Penelitian tentang apa? Cari tahu di bukunya aja deh.
Kedua, penulis mengajukan argumen mengenai topik bahasan tadi, dengan dalil dari sebuah kitab dengan judul uqala al-majanin karya Abu Al-Qasim An-Naisaburi. Kitab ini menulis mengenai ‘orang gila’ atau dianggap gila oleh masyarakat, padahal sebenarnya mereka yang dianggap ‘gila’ itu sedang mempraktekkan laku kebijaksanaan.
Yang ketiga, penulis menutup bahasan dalam buku ini dengan topik ‘tangga menuju Tuhan’.
Tapi, apakah harus gila dulu untuk menjadi bijaksana? Biar tidak salah tafsir, mending dibaca deh definisi gila menurut buku ini.
Menurut saya, buku ini asyik karena mengangkat tema filsafat, sejarah, dan juga psikologi yang dipadukan dengan apik, sehingga campurannya terasa pas dan enak untuk dinikmati. Cocok untuk peminat filsafat yang ingin mengenal filsafat lebih jauh. Buku ini sekaligus menghilangkan stigma bahwa filsafat identik dengan ‘ateis’ seperti yang ditakutkan oleh orang-orang beragama. Filsafat dalam buku ini dihadirkan sebagai sebuah tangga awal untuk mencapai kebijaksanaan dan Tuhan.
Buku ini juga hadir sebagai kritik terhadap prilaku masyarakat yang asal comot quote-quote Marcus Aurelius, Zeno dan lain-lainnya. Stoik sebagai filsafat atau juga laku stoik yang dianut oleh orang-orang modern yang tidak memahami apa dan bagiamana seharusnya semua itu dimengerti dan dipraktekan.
Namun, sebagai sebuah karya, tentulah tidak sempurna. Ada beberapa typo dan juga salah tulis dalam buku ini, tapi kesalahan itu tidak menjadi suatu yang mengakibatkan salah paham. Kesalahan itu tidak menghilangkan esensi dari point yang disampaikan penulis.
Buku ini sangat layak dibaca karena penulisnya kompeten dan memang ia concern di bidang itu. Penulisnya adalah alumni Univ. Paramadina dengan jurusan Falsafah dan Agama. Dan juga pernah kuliah di bidang psikologi UIN Bandung.
Bagi yang ingin kenalan sama Filsafat, yu, peluk buku keren ini. Ada bonusnya, lo. Bonusnya bisa masuk grup telegram sains.puisi. hihi
Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...
This will close in 0 seconds