LOADING

Type to search

Asal-usul Istilah dan Bentuk Syair Nusantara-Melayu-Indonesia

Oleh Shiny.ane el’poesya

Setiap dari kita pasti mengetahui bahwa tradisi Syair berakar pada kesusastraan Arab. Namun, perkara sajauh apa transformasi, perbedaan, bagaimana dan pada batasan apa Syair pertama kali masuk ke Nusantara, belum tentu semua mengetahui duduk masalahnya. Di sini kita akan coba membicarakannya sekelumit.

Terkait hal tersebut, pernah terjadi tukar pendapat antara A. Teew dan Naquib Al-Attas. Juga sebanarnya ada nama lain seperti Winstedt, Amin Sweeney dan Doorenbos, yang juga pernah membahas soal ini sebelumnya. Namun, di sini pendapat-pendapat dari ketiganya bisa kita lewatkan, karena pijakan data yang digunakan kurang kuat. Jadi kita akan singgung A. Teew dan Naquib Al-Attas saja.

A. Teew dalam The Malay Shair: Problem of Origin andTraditionberpendapat, masuknya Syair ke dalam tradisi sastra Nusantara tidak mungkin lebih awal dari masa ketika Tajus Salatin ditulis dan tersebar pada 1603. Karena menurut A. Teew, dalam Tajus Salatin yang menjadi satu jejak masuknya peradaban Islam ke Nusantara, tidak ditemukan satupun bentuk karya puisi sebagaimana form dari Syair Melayu sebagaimana yang kita kenal saat ini (rangkaian bait-empat-larik dengan pola rima akhir a-a-a-a). A. Teew berpendapat, pola yang dimaksud baru ditemukan secara intens pada Hamzah Fansuri, sehingga, A. Teew sampai pada mengatakan bahwa Hamzah fansuri adalah penggubah Syair pertama di Nusantara, dengan pola tersebut. Meskipun, pendapat sedikit agak meleset sebab ada karya Hamzah Fansuri yang menggunakan form rangkai bait-empa-larik ditulis di waktu yang sama dengan Tajus Salatin, misalnya yang berjudul “Bahr An-Nisa.”

Sambil agak menyerang A.Teew yang tidak bersikap paten dalam mengatakan bahwa Hamzah Fansuri lah yang menciptakan Syair Melayu, Naquib Al-Attas dalam The Origin of The Malay Shair, sekaligus berpendapat bahwa Hamzah Fansuri dalam pembentukan Syair Melayunya, terpengaruh form syair-syair yang dibuat toleh Ibnu Arabi dan Ibnu Iraqi.

Perlu diketahui, Hamzah Fansuri ketika menyebut secara khusus tipe apa yang ia buat bagi karya-karyanya, ia menyebut Rubaiyat (bait-empat-larik) ketimbang Syair dalam perngertian khususnya. Bagi saya, hal tersebut sebenarnya sudah satu fakta yang cukup, untuk meninggalkan pandangan yang mengatakan bahwa akar dari form Syair Melayu adalah Syair Arab itu sendiri, jelas ini satu pandangan yang tidak jernih dan cenderung keliru. Terlebih, yang mengatakan bahwa akar bentuk bait-empat-larik yang berbeda dengan bait-dua-larik ala Syair Arab diperoleh Hamzah Fansuri dari form Pantun seperti yang dipegang Sweeney dan Doorenbos; terlalu memaksakan.

Di sini kita akan mengatakan, bahwa dasar bentuk dari Syair Melayu adalah Rubaiyat, bukan Syair dalam pengertian khususnya. Bahwa ada pengaruh formula Syair di dalamnya, iya. Khususnya pada pola perimaan akhir yang begitu intens dengan penggunaan a-a-a-a tidak sebagaimana Rubaiyat versi aslinya; misal yang digubah oleh Omar Khayyam. Namun, perlu digaris bawahi pula, bahwa bentuk perimaan akhir a-a-a-a dalam Rubaiyat bukanlah sesuatu yang tidak ada. Kita bisa lihat itu dengan jelas misalnya dalam sejumlah Rubaiyat Omar Khayyam.

Untuk lebih memastikan soal ini, bisa kita bandingkan form antara Rubaiyat Omar Khayyam dan Rubaiyat Hamzah Fansuri dari penggalan berikut:

 

Shah Alam raja yang adil,
Raja qutub sempurna kamil
Wali Allah sempurna wasil
Raja arif lagi mukammil.

Bertambah daulat Syah Alam
Mahkota pada sekalian alam
Karunia Ilahi Rabb al-aam
Menjadi raja kedua alam

Dalam dunya dan dalam akhirat
Karunia Allah akan ḥadarat
Dengan sempurna ilmu dan makrifat
Telah ma’lum kepada Johan Berdaulat.

(3 Bait Akhir Bahr An-Nisa Hamzah Fansuri)

Apakah sudah terang di sini terkait kedudukan asal-usul Syair Melayu yang sesungguhnya berasal dari Rubaiyat?

Sebagai tambahan, pada abad 16 memang terlihat menjadi masa yang gencar masuknya tradisi Syair (juga tentu Saaj; baca pada asal-usul istilah sajak pada link: ) ke Nusantara. Selain Hamzah Fansuri yang kemudian membuat tradisi bersyair meluas, J. Drewes di masa ini juga telah menerjemahkan Burdah ke dalam bahasa Melayu.

21 Desember 2022

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

AVANT PROPOSE


Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...

Klik Di sini

 

This will close in 0 seconds