LOADING

Type to search

ELEMENTAL HAIKU: PUISI, SAINS, DAN KEGAGALANNYA?

Oleh Shiny.ane el’poesya

24 Mei, melalui postingan Bangkit I.D. di dinding Facebooknya, saya mengetahui akan adanya garapan puisi yang disebut Elemental Haiku–disajikan dalam tampilan interaktif pada tautan vis .sciencemag .org/chemhaiku/. Setelah saya telusuri, ternyata tampilan interaktif tersebut bukanlah sajian yang sebenarnya. Artinya, tampilan interaktif tersebut bukanlah bagian dari form puitiknya; dikerjakan oleh pengelola web vis. sciencemag .org. Yangmana, tampilan sebenarnya hanya berupa teks biasa dan terbit di sebuah majalah sains. Padahal, menurut saya sajian interaktif itulah yang membuatnya menarik.

Elemental Haiku adalah sebuah kumpulan puisi pendek berjumlah 119 (sejumlah unsur kimia) garapan Mary Soon Lee. Mary lahir di London, pada tahun 1965. Ia adalah seorang sarjana lulusan bidang Matematik dan Komputer Sains di Universitas Cambridge, serta magister di bidang Astronotika di unversitas yang sama. Semasa sekolah, ia konon begitu menyukai pelajaran Kimia. Kumpulan puisi Elemental Haiku tersebut, digarap oleh Mary “to honor the periodic table.”




Sebagaimana dilaporkan dalam situs pub. acs. org, Mary tidak punya latar belakang terhadap ilmu puisi maupun pendukungnya. Akan tetapi, pada masa tertentu, ketika pindah ke Amerika Serikat untuk menemukan pekerjaan di bidang industri luar angkasa–namun kandas, saat itu ia mulai menulis, khusunya menulis cerita pendek bergenre fiksi ilmiah. Cerpen-cerpen yang dibuatnya ia kirim ke sejumlah majalah yang menampung tulisan bergenre fiksi ilmiah atau fantasi. Mary mendapatkan kesenangan di situ.
Setelah anak keduanya lahir, ia beralih ke puisi, yang konon menurutnya lebih mudah dalam menyelesaikannya: baik dari segi waktu maupun permenungan [Duh!]. Sampai suatu hari, kemudian ia mulai menulis tentang unsur kimia; tentang Hidrogen unsur pertama dalam tabel periodik dalam form 5-7-5.

Hydrogen, H

Your single proton
fundamental, essential.
Water. Life. Star fuel.

Di hari yang sama, ia menulis tentang Helium dan Lithium, dua unsur kimia setelahnya. Dan secara bertahap dalam rentang beberapa bulan berikutnya, ia menyelesaikan 119 unsur sebagaimana keseluruhan unsur yang ada dalam tabel periodik. Setelah lengkap, kemudian kumpulan puisinya mendapatkan tempat di majalah sains untuk terbit.

Dalam pengakuannya, ketika menulis dalam form 5-7-5 Haiku, Mary mengatakan bahwa ia menggunakan istilah Haiku secara longgar tanpa Kigo, namun tetap memanfaatkan sifat penjajarannya. Akan tetapi, justru di situlah dasar masalahnya, sehingga di sini kita bisa melihat, bahwa apa yang dikerjakan oleh Mary sebagai Haiku sebenarnya adalah Haiku yang gagal, atau sebagai Psuedo Haiku (Haiku Sempalan) dan bukan Haiku yang semestinya.

Seperti apa yang ia ungkap dalam “Hidrogen, H”, Psuedo Haiku pertamanya, yang membuat Hidrogen menjadi unsur Hidrogen adalah sebab struktur atomik yang membangunnya, yaitu, selain unsur elektron yang terikat pada intinya, adalah pada ketunggalan proton yang dimilikinya. Jika tidak demikian, maka itu tidak menandakan ia sebagai Hidrogen. Ia akan menjadi unsur lain dengan komposisi elektron-proton yang berbeda. Begitu pula dengan Haiku. Ia memiliki fundamental dan esensial strukturnya, memiliki formnya yang khas; baik form yang terlihat secara konkrit maupun yang membentuknya secara abstrak. Yangmana, dengan jelas Mary menaggalkan sebagian besarnya kecuali atas pola kasat mata 5-7-5 dan konon sifat penjajarannya.




Kegagalan Mary dalam mengolah apa yang coba ia kerjakan atas seluruh unsur kimia pada tabel periodik dalam form Haiku, tentu bukan sebatas kegagalannya dalam mengaplikasikan konsep Haiku sebagai poetic form yang khas dan tipikal, pada akhirnya, ia juga gagal untuk menggali bagaimana unsur-unsur itu berdialektika dengan sejarah hari ini lewat Haiku. Sudah kita tahu bahwa pada hakikatnya unsur-unsur kimia itu menempati–dan menjadi indikator–setiap perubahan (baca: krisis) iklim di abad 21 yang kita hidupi kini. Dengan kata lain, proses kreatif yang Mary lakukan tidak hanya jatuh pada pengerjaan Psuedo-Haiku, tetapi juga hakikatnya telah jatuh pada penggambaran yang artifisial, ahistoris dan bahkan cenderung dangkal.

Ketika menyelesaikan “Hidrogen, H” misalnya, Mary jatuh pada penggambaran dasar saja tentang Hidrogen; seperti hendak mengenalkan apa itu atom Hidrogen kepada pelajar tingkat menengah pertama melalui puisi didaktik yang minim kedalaman. Kita tidak menemukan bagaimana Hidrogen dijajarkan dalam persoalan yang bisa membuat kita merenung. Hal tersebut juga sama kita temui dalam usahanya menggarap unsur-unsur kimia lainnya sebagaimana contoh berikut:

Potassium, K

Leftmost seat, fourth row,
yearning for the halogens
on the other side.

Tennessine, Ts

Our most recent find,
evanescent halogen.
New kid on the block.

Sodium, Na

Racing to trigger
every kiss, every kind act;
behind every thought.

Sulfur/Sulphur, S

Disrupted first grade,
popping stink bombs, starting fires.
Still can’t spell your name.

Ununennium

Will the curtain rise?
Will you open the eighth act?
Claim the center stage?




Apa yang dikerjakan oleh Mary secara umum sampai pada unsur kimia terakhir, “Unnennium”, ternyata memang masihlah sama hanya berkutat pada persoalan permukaan. Kita tidak akan menemukan fundamental dan essential Haiku di dalamnya, atau pergeseran ke arah sana sehingga kita bisa mencapai pada kesimpulan bahwa ini memanglah patut disebut sebagai Haiku.

Cita Haiku tak kita rasakan ketika membacanya. Dan sebagaimana tadi disinggung, dari penjajaran yang disajikan, kita tak mendapati jeda puitik yang layak disinggahi sebagai wahana permenungan, yang sudah semestinya ada dalam Haiku. Penjajaran dua persoalan dalam satu frame 5-7-5 yang dilakukan, nampak sama sekali tidak menjelma sebagai penjajaran yang menyediakan kesempatan bagi hadirnya efek dramatik, ironik, apalagi sense of crisis sebab menyadari ada hal-hal janggal yang hendak dihadirkan di sana. Tentu ini yang sangat disayangkan dan mubadzir.

Dalam ide serta kesempatan inspiratifnya untuk menggarap setiap unsur kimia, alih-alih coba memperkenalkan unsur-unsur kimia tersebut kepada (mungkin) khalayak yang lebih luas, boleh dikatakan Mary justru mengalami kegagalan untuk mendekatkan itu semua kepada konteks kemanusiaannya. Haiku yang memendam daya untuk itu, di tangan Mary nampak menjadi tak bekerja, dan seakan-akan menjadi poetic form yang “begitu enteng” tanpa perlu diper-timbang-kan lagi. Padahal, sekali lagi, abad 21 khususnya sejak mencuatnya persolan pemanasan global, adalah konteks yang ideal bagi orang-orang yang hendak menggarap Haiku yang akan selalu bertendensi kepada segala hal perubahan alam–sebagai lingkungan hidup.

Jika diibaratkan Hidrogen yang bisa mejadi bahan bakar bintang, dalam hal ini Mary hanya menjadikan Haiku sebagai unsur yang membantunya untuk menyalakan sebatang lidi korek api yang begitu kecil. Mary belum memiliki sikap puitik yang semestinya dalam menggunakan Haiku–sebagaimana Amerika menggunakan rumus Einstein untuk menghasilkan sebuah atomic-bomb yang berdampak luas. Ia, Mary, lebih mirip dengan mereka-mereka yang memanfaatkan Haiku secara manasuka dan gampangan. Dan saya yakin, di antara kita yang mencintai Haiku, mungkin bisa mengerjakan “Elemental Haiku” dengan jauh lebih baik dari perintisnya.

19 Oktober 2022




 

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

AVANT PROPOSE


Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...

Klik Di sini

 

This will close in 0 seconds