LOADING

Type to search

J.E. Tatengkeng: Tujuh Belas Tahun Sesudah Wafatnya Chairil

Jan Engelbert Tatengkeng (19 Oktober 1907 – 6 Maret 1968) adalah penyair Indonesia yang dikenal luas sejak era Pujangga Baru. J.E. Tatengkeng berasal dari latar belakang keluarga yang menganut agama Kristen. Agama yang dianutnya sangat mempengaruhi corak puisi-puisinya.

Ajip Rosidi, dalam bukunya Sejarah Sastra Indonesia, mengatakan esai-esai dan kritik-kritik Tatengkeng menunjukkan bahwa ia mempunyai pandangan dan hidung yang tajam, ditulis secara halus menyindir dan kena pada sasaran. Tatengkeng merupakan seorang yang sederhana, yang mengemukakan pendapatnya secara sederhana pula –berlainan dengan kawan sebayanya yaitu Sutan Takdir Alisyahbana yang gemuruh menggelegar selalu. Ia rasanya langsung bicara kepada hati. Dengan demikian kadang-kadang ia dapat melihat dan mengemukakan persoalan secara lebih jernih dan lebih tenang, dalam sorotan cahaya yang lebih terang.

Berikut adalah esai J.E. Tatengkeng: Tujuh Belas Tahun Setelah Wafatnya Chairil:

Tujuh Belas Tahun Sesudah Wafatnya Chairil

 




Ayahnya bekerja sebagai misionaris sekaligus kepala sekolah di sebuah zending di wilayah Kepulauan Talaud. Ia menempuh pendidikan pertama kali di Zendingsvolksschool berbahasa Sangihe, di Mitung. Sesudah itu ia melanjutkan ke HIS di Manganitu. Setelah lulus dari HIS, ia meneruskan ke Christelijk Middagkweekschool di Bandung, Jawa Barat, lalu Christelijk Hogere Kweekschool di Solo, Jawa Tengah.

Dikatakan, pada masa bersekolah ini lah, J.E. Tatengkeng mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh D’Tachtigers; suatu kelompok sastra Belanda beraliran Romantik yang disebut juga sebagai Angkatan 80-an. Aliran kesusastraan inilah yang kemudian banyak mempengaruhi sajak-sajaknya.

Baca juga: Biografi Jan Engelbert Tatengkeng and His Work (dan Karyanya) [download/pdf]




Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

AVANT PROPOSE


Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...

Klik Di sini

 

This will close in 0 seconds