Dengan begitu banyaknya orang mendefinisikan secara suka-suka dan seenaknya sendiri tanpa dasar yang jelas, juga ditambah adanya perkembangan karya yang model begini dan begitu, banyak temen-temen (atau mungkin juga yang sudah lama bergelut dalam dunia sastra) masih bingung dan bertanya mengenai apa sebenarnya perbedaan antara Puisi dan Prosa. Maka dari itu, untuk kesekian kalinya saya sedikit singgung soal ini.
______
Puisi
______
Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani memang gemar dan memberikan kredit lebih pada segala aktivitas yang berkaitan dengan kebahasaan.
Oya, kalangan pemikir dan seniman Yunani pada saat itu juga bisa dikatakan termasuk orang-orang yang terobsesi pada sifat “mampu mencipta banyak hal” sebagaimana dimiliki oleh Dewa. Meskipun mereka menyadari bahwa mencipta dari nol/creatio ex nihilo adalah hanya kebisaan Dewa. Sedangkan manusia, hanya mengikuti sebagian sifatnya itu. Sehingga, kata Poiesis sendiri memang digunakan oleh mereka sebagai kata yang mewakili kata “kreatif” untuk zaman itu, dengan pengertian dasarnya, membentuk ulang apa yang sudah ada bahannya untuk dijadikan sebuah karya tertentu.
Di zaman Yunani, ada 3 model Poiesis (kebahasaan) yang begitu populer dan jadi arus utama dalam seni penciptaan: 1) Epik, 2) Lirik 3) Tragedi. Ketiganya dibahas oleh Aristoteles dalam Poetikos (seni Poiesis, atau terjemah dasarnya Sifat Seni Poiesis, Sifat Puitis, hal-hal yang semestinya ada pada karya Poieisis–kebahasaan) dan bahkan disinggung model-model yang lain seperti Ditiramb, Komedi dsb. Karya epik memgambil bentuk (form) verse (seni bahasa berbaris dan bermetrum) dengan genre kisah kepahlawanan. Karya Lirik mengambil juga bentuk verse (cth. strophe, antistrophe, and epode,) dengan genre kisah-kisah pribadi yang berkaitan dengan diri/perasaan/ekspresi emosional penggubahnya atau orang-orang lain yang memang bukan kisah “besar.” Lirik ini disenandungkan baik secara individual maupun kolektif (chorus) dan biasanya dengan diiringi alat musik petik atau tiup seperti Citara (gitar) dan Flute (seruling) dsb. Sedangkan Tragedi, adalah karya yang mengambil bentuk sebagai drama (naskah untuk dipentaskan di atas Teatron) dengan penekanan genre pada kisah-kisah yang mengandung peristiwa ketragisan.
(Segitu dulu…)
_______
Prosa
_______
Prosa ini berasal dari bahasa Latin, Prose, yang artinya “ungkapan langsung.” Lebih persisnya muncul di Abad Pertengahan untuk menandai karya kebahasaan yang tidak ditulis untuk kepentingan Puitika. Namun, sayangnya, dalam tradisi keilmuan Latin, kata Puisi sendiri sudah bergeser makananya (tepatnya dipersempit dan direduksi) hanya pada art of verse. Puitika (sifat-sifat puitik) lagi-lagi hanya dikerdilkan pada apa yang melekat pada peng-kreasian verse. Apa yang berkembang pada peng-kreasian misal Lirik dan Tragedi dikesampingkan (untuk tidak mengatakan diabaikan). Dampaknya, terasa kemudian ketika di zaman mesin cetak muncul form Novel yang umumnya menerapkan pola berkisah namun tak menggunakan model verse (line & metrum), tidak dianggap memiliki Puitika, padahal, akar-akar puitikanya bisa digali baik dari tradisi Epik maupun Tragedi. Diletakkan sebagai Prosa (saja). Begitu juga ketika para pemikir modern dalam membahas Drama.
Di Yunani sendiri, kata “Prosa” atau padanannya (sejauh penelusuran yang saya lakukan) tidak tercetus. Artinya, tidak menjadi tolak ukur utama apakah sesuatu dikatakan sebagai puitis hanya sebab digunakan bahasa ungkapan langsung atau figuratif (majazi, berkias). Artinya, bisa diukur dari metrum, irama (ketukan), rima (saaj’, permainan suara, persajakan) hingga penciptaan alur dan plot dan seterusnya dan seterusnya. Akan tetapi, jika sebuah karya kebahasaan di dalamnya mengaplikasikan permainan kiasan dan dikatakan itu menambah aspek puitikanya, saya katakan, ya betul.
(Segitu dulu…)
Jadi, apa kesimpulannya di sini? Apa beda antara Puisi dan Prosa? Jawabannya, bahwa Puisi itu (dalam konteks ini) sebuah aktivitas seni membentuk ulang kebahasaan, sedangkan Prosa hanya sebutan saja dari sifat jenis ujaran: ujaran langsung, yang lawannya adalah ujaran berkias atau juga dengan model ujaran berisyarat. Jadi, kemudian, jelas ya, bahwa prosa itu bukan hal yang bisa disetarakan dengan kata Puisi (Poiesis).
3 Nov. 2021
Shiny.ane el’poesya (11 Juni 1991). Pernah melihat bulan kembar di usia taman kanak-kanak. Founder sainspuisi.com, Sainspuisi.Lab, Poiesis Indonesia. Penulis buku puisi Kotak Cinta (2017), Sains Puisi (2019), Bidadari Masehi (2020), Sayap Patah (2020), Bid(a)dari (2021), Anggur Kekasih: Setengah Tanka (2021). Bagi saya, Puisi itu tidak hanya aktivitas berurusan dengan kata-kata belaka. Puisi lebih jauh dari itu.
Sedang dalam masa PO buku “Proses Kreatif & 404 Eror Pikir Pemuisi Pemula.” Akan terbit pada Akhir November 2021.
Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...
This will close in 0 seconds