Tidak Ada yang Supranatural
dari Covid-19
I.
Tidak ada,
yang supranatural
dari Covid-19
Tidak ada,
tanda-tanda kosmik
yang datang beriluminasi
Meski memang,
seperti ada dansa yang aneh
dari bulan bintang biasanya
Hening.
II.
Tidak ada,
yang supranatural
dari Covid-19
Tidak ada,
tanda-tanda kosmik
hanya angin lembab musim dingin
Yang membuat banyak
manusia berjalan melamban
sekaligus panas dan gigil
Yang membuat banyak
langkah kaki seperti daun
kering putus dari tangkai berserak
III.
Bulan bintang
Ramadhan berkelip begitu sepi
hanya suara angin hempas sesekali
Tak ada kata-kata
menggema di renggang udara
meski bukan berarti sunyi sepenuhnya
Sebab kita semua tahu
setiap segala kejadian jatuh
ia ambur ke dalam terbilang sungai
Sebab kita semua tahu–di sana sini,
kemah-kemah menyalakan api
dan sebagian lain tetap pergi
IV.
Tidak ada, tak ada
yang supranatural
dari Covid-19
Terlebih hanya desas-desus
yang konon dibuat
oleh orang-orang khusus
“Covid 19 adalah bukan
buatan dari Tuhan, melainkan
dari tangan-tangan setan.”
Padahal semua telah gagal
sebab alam telah meletus
mendahului yang harus
Semuanya belum selesai jadi
sebagaimana fikiran menghitung
hari, kecuali berita pandemi
Hingga pun pada malam ini.
V.
Bulan bintang
Ramadhan 1441 kali ini
memendam perasaanya sendiri
Merekam berita yang bertukar lepas itu
bersama gelap gerimis yang ikut jatuh
untuk kesekian kalinya abu
Seakan ia datang untuk pula mendengar
Dengan sama begitu dalam
bekas terik aku bergumam,
“Pada hari berkumpul ini, orang-orang
seperti tak takut kematian berbondong
-bondong mendatangi rumah Tuhan
Namun, di sisi lain di setiap hari
mereka pun berlomba setengah berlari
memenuhi setiap lorong pasar pagi
Sembari berebut bicara: ‘Mari-mari
di sini menjual isi perut hari ini.
Di sini, juga menjual hari esok!
Mari-mari. Mari persiapkan hari esok
Jangan sampai anda sekeluarga
mati konyol karena kelaparan!’
Lantas seorang menyahut,
‘Ya, aku beli, yang itu dan yang ini
Sepuluh kilo garam dan bumbu terasi.’
‘Ya, aku juga beli, yang itu dan yang ini
Semua jenis makanan yang siap saji
Terutama yang bisa membuatku abadi!'”
Puisi?
VI.
Bulan bintang
Ramadhan kali ini
memendam perasaanya sendiri
Merekam dalam dada diam dan hati
Semua yang bergeser dan berubah
atau pun ia yang hanya bisa menanti
Menanti tanpa juga kata-kata
yang dapat dilepaskan selain doa
meski, bukan berarti sekali lagi
seperti mati, sunyi sepenuhnya.
VII.
Tidak ada, tak ada
yang supranatural
dari Covid-19 ini
Setiap detik masih berdetak sama
Setiap jam masih rekat berjumpa, dan
Semua dada masih berdegup biasa
Orang-orang masih berlalu-lalang
Seperti kota-kota yang tak mau pulang
yang terus bergerak di balik aturan
Setiap menit masih minat yang sama
mengepul hari untuk masa bahagia
di depan tahun yang sedang sakit jiwanya.
VIII.
Tidak ada, tak ada
yang supranatural
dari Covid-19 ini
Ya, tidak ada yang supranatural
dari Covid-19 ini, meski
di sudut (damai) lain kejadian
ini diam-diam dalam senyap menyirami
kembali matahari dengan embun murni
malam hari dengan sebuah hujan suci.
May – June 2020
____________________
Shiny.ane el’poesya. Penulis buku puisi: Kotak Cinta (2017), Sains Puisi (2019), Bidadari Masehi (2020).
***
informasi yang bagus, mahasiswa universitas airlangga juga melakukan binaan siswa sd untuk menulis cerpen dan puisi lohh. baca disini artikel nya http://news.unair.ac.id/2020/10/05/sasindo-bina-anak-sd-terampil-tulis-cerpen-dan-puisi/?lang=id