Hujan Telah Berhenti
Hujan telah berhenti. Kini langit basah menyatu dengan matahari, menumpahkan cahaya temaram di halaman, menerobos celah-celah jalanan sepi
Rumput hijau menjatuhkan sisa air hujan, dan mataku yang terbakar air mata mengikuti gerakan daun-daun yang berguguran, melayang-layang terombang-ambing angin dingin musim hujan
Bayangan terus mengembara dan mendapatkan kekuatan kala memantapkan diri pada kepiluan. Mengingat kembali harapan-harapan yang luput dan kini harus tersimpan di dalam napas yang berat
Aku mencarimu di tiap hembusan angin yang bergerak. Bertanya-tanya apakah Engkau akan muncul mendadak di hadapanku seperti petir ataukah akan perlahan-lahan seperti matahari?
Kini aku harus memutari jalan yang jauh karena kaki telah tersesat di dalam ketidak-hadiranmu
Ketika hari menjadi teduh, apakah mungkin ini saatnya aku menyerah untuk menderita?
Di hadapanku hanya terhampar kekosongan. Batu-batu pucat tak memberiku pemandangan berbeda, kecuali ujung-ujung runcingnya yang mempersulit langkah kaki
Tak ada jalan untuk kembali, walau angin telah berjanji akan menerbangkan segala kekeliruan jika saja aku berhenti merengek; berhenti menyalahkan hembusannya yang kencang
Menerima ataupun marah sama saja, karena pada akhirnya aku tahu waktu tak akan mampu menghapus segala jejak yang tertinggal di dalam ingatan
Meskipun waktu terus berjalan tak peduli aku menyadarinya atau tidak, tetapi berharap pada waktu adalah keliru. Hanya mengganti permasalahan lama dengan yang baru; itulah yang bisa dilakukannya
Tak ada tempat untuk berhenti, karena penuh sesak rongga dada ada di mana-mana. Sedikit ruang tersisa pada kelegaan ketika memaafkan
Hujan telah benar-benar berhenti. Kini dapat kulihat jalanan sepi menunggu kulalui.
13 Juni 2020