“Kamu ingin tahu bagaimana sebuah es krim dibuat?” perempuan itu berkata padaku. “Aku akan menceritakannya untukmu.”
Sebenarnya aku kurang tertarik dengan ceritanya. Terlebih karena ia hanya orang sinting.
Ia adalah perempuan pekerja di sebuah pabrik pembuat es krim. Namun, belakangan ia menolak disebut sebagai pekerja pabrik. Ia lebih suka disebut bidan. Itu sebabnya aku merasa ia sudah sinting.
Kamu akan semakin yakin bahwa perempuan ini tidak waras setelah mendengar ceritanya:
“Itu adalah malam jahanam,” ia memulai ceritanya. “Ketika kaki-kaki pekerja melangkah menuju sinar berwarna biru terang—sinar itu ada di atap gedung, kamu bisa membaca sinarnya: A-I-C-E.”
“Di dalam gedung, tangan-tangan terampil bergerak ke sana ke mari di atas permukaan beroda, di antara desakan dengung mesin-mesin.”
“Ada satu mesin yang bisa kau lihat memompa janin keluar lengkap dengan tali pusarnya. Mesin itu bekerja menjatuhkan janin ke dalam cone, dan menyusun tali pusar agar membentuk spiral. Seseorang harus memotong benda itu, maka aku memotongnya. Adalah tugasku sebagai bidan untuk memotong tali pusar janin setelah dilahirkan.”
“Semua yang kami hasilkan di sini tentu tidak sama. Beberapa bayi hanya perlu dilahirkan kepalanya saja. Dan, kau tahu, kami mencetaknya dengan alat pencetak. Itu agar bentuk kepalanya menyerupai piramida tumpul. Sebuah stick akan kami tancapkan sebagai pengganti tubuhnya. Oh, itu sungguh bentuk yang lucu. Sebongkah kepala bayi yang besar, dengan tubuh kecil. Aku selalu ingin memakannya.”
“Ada bayi yang paling mudah untuk dilahirkan. Kami bahkan tak perlu repot-repot memotong tali pusar atau membentuknya menjadi sosok yang lucu. Hanya butuh sebuah wadah kecil, lalu dengan sendirinya mesin itu akan mengucurkan air ketuban dan darah ke dalamnya. Tentu saja mesin itu harus terus bekerja. Karena sebenarnya, itu adalah mesin yang akan menggiling kandungannya hingga hancur. Kau bisa membayangkannya.”
Lalu dia tertawa.
Sejak janin dalam perutnya gugur lantaran sering bekerja malam hari, ia menjadi gila. Pabrik tempatnya bekerja ia sebut sebagai rumah bersalin, dan ia bekerja bukan untuk membuat es krim, melainkan melahirkan bayi-bayi.
Maret 2020
Bangkit I. Darojad
Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...
This will close in 0 seconds
Merinding
Ketika seseorang menganalogikan suatu kegiatan ya kepada kegiatan lain yang berbau ‘horor”
Btw…
Bagus Pak..keren…kepikiran bgitu bikin karya yg unik..
Jadi termotiv niyyy…