Engkau Bukan Seperti Yang Mereka Adakan Padamu
Berbekal payung abu-abu
kau kususul di stasiun kota
pukul lima dini hari
Subuh itu hujan
tak begitu deras namun
mampu membias sorot lampu
jalan yang remang-remang
Samar toa masjid
mengumandangkan adzan
lalu-lalang kendaraan silih berganti mengiringi kedatanganku
Sendiri bersandar pada tiang
yang menopang atap menaungi
pejalan dari rintik hujan,
Dik dres birumu kebasahan, tapi
kenapa juga pipimu?
Kau kupilih,
terlepas dari takdir hidupmu
sebagai seorang kupu-kupu terbang menyusuri lorong-lorong sunyi
Namun ketika tiba pagi seperti saat ini
dirimu lengkap menjadi milikku
Pukul lima dini hari
di stasiun kota, sendu wajahmu
erat mendekap tubuh yang kedinginan
Lampung 26 November 2019
Oleh Bima Yuswa
Puisi berasal dari bahasa Yunani, Poiein (buat/making) dengan tambahan -is (aktivitas) di belakangnya. Poiein+is, Poiesis (aktivitas membuat ulang). Kata ini digunakan dalam banyak konteks yang tak hanya pada pekerjaan seni atau lebih khusus seni berbahasa; pada kerja manufaktur hingga dalam penerapan ilmu kedokteran. Contoh yang paling sering saya bawa misalnya pada kata Hematopoiesis (proses natural pembuatan ulang darah: proses pengembangan darah di dalam tubuh yang melibatkan pembelahan hingga diferensiasi kefungsian sel). Akan tetapi, dalam hal ini baiklah kita batasi saja pada kegiatan seni membentuk ulang bahasa, yangmana, para pemikir Yunani ...
This will close in 0 seconds