Burni Telong Bale Redelong
Burni Telong kau tinggi menjulang
Bersahaja aku mengintipmu dari Bale Redelong
Bersahaja tampilkan pesona nuansa suka meski sekelumit juga ada duka
Bermain menatapmu dalam pandang
bercanda dalam tawa tanpa derai air mata
Makin kutatap kau makin elok tawarkan kegagahanmu rupawan menawan
Makin kukaji gali keberadaanmu
kau makin hadirkan kegelisahan pada nadirku
Melumatkanku ingin terbang dalam ragamu
sedalamnya di rimbamu kumenyelam
Mengapa, ada apa denganmu cinta?
Aku merindu dalam hunusan sepi
Aku menunggumu tak berjeda
Kau adalah kecemasanku tak bertepi
Khabarmu dalam rintik embun masihkah ada?
Aroma syair edelweis cinta suci
atau cuma sekedar tangkai kembang karang bercadas
Senandung Reje Bujang
kesetiaan pada pasangannya
atau itu cuma dongeng?
Ciuman tajam Wiwo Gelatik
bersayap ekor cantik bak susuk pengantin
atau itu juga ilusi?
Tak bisa tak lagi terbiasa leluasanya
mereka memburu
Hingga kau tak bisa hinggap untuk bersyair
merdu beregenerasi berinteraksi
Berkembang biak tampakkan pada dunia
bahwa kau pernah ada
kau bukan cuma dongeng belaka
Kau menjaga kelestarian alam Bener Meriah
Namun kini kau mulai langka dan punah
Aku merindumu berselimut awan sejuta aksara
Kau diusir oleh perambakan hutan
Digadai dengan Rupiah yang bicara keserakahan
Ditembak oleh jail jahatnya senapan
Edelweis cinta itu abadi
Reje Bujang mencintai dengan kesetiaan
Wiwo mencintai dengan kesabaran
Burni Telong
ada cinta, kesetiaan dan kesabaran
Kami anak manusia usik
sungguh terlalu pada tubuh jiwa ragamu
juga di habitat satwamu
Kau makin hari makin pucat pasi
senyummu terkadang tidak lagi seindah dulu
Aku merindukan cintamu bukan bencimu
Meski aku takut amarah-Nya juga amarahmu
Beri aku kesempatan untuk merawatmu
Masih bisa menatapmu hingga anak cucuku
Oh Burni Telongku
Bale Redelongku
Lapangan Sengeda,19052019
Ramadhan Mulia, H14 Bale Redelong
Oleh: Lasma Farida